Soko Kreatif

Sarung Batik Lar Gurda, Fashion Santri Selera Tokoh Besar

Bagi Gus Irfan, batik bisa dimanfaatkan untuk apa pun. Ia beberapa kali melihat satu pembatik yang mengenakan sarung batik di mana-mana. Akhirnya ia pun terpantik untuk membuat sarung batik dan menjualnya ke masyarakat umum.

By Sokoguru  | Rauf Muhammad  | Sokoguru.Id
06 Oktober 2022

sokoguru.id—Batik Solo memiliki hubungan erat dengan kebudayaan islam. Batik dari Kauman, misalnya. Batik Kauman terlahir di tangan istri para abdi dalem Keraton Kasunanan Surakarta.

Di Solo, ada juga Batik Lar Gurda yang lahir dari lingkungan pesantren. Sang empunya, Irfan Nuruddin, merupakan pengurus pesantren Al-Muayyad Mangkuyudan. Latar belakang santri itulah begitu melekat erat dengan pria yang biasa disebut Gus Irfan ini.

“Lar Gurda itu artinya Sayap Garuda. Awalnya saya merintis usaha barang rongsok. Tapi saya berpikir untuk memasukkan identitas santri yang saya punya. Setelah itu saya berhenti usaha di bidang rongsok, langsung kepikiran jual batik,” jelas Gus Irfan.

Bagi Gus Irfan, batik bisa dimanfaatkan untuk apa pun. Ia beberapa kali melihat satu pembatik yang mengenakan sarung batik di mana-mana. Akhirnya ia pun terpantik untuk membuat sarung batik dan menjualnya ke masyarakat umum.

“Sarung batik itu kan selalu identik dengan perempuan, dengan anak sunat juga. Tapi sebetulnya sarung itu bisa digunakan oleh siapa saja. Termasuk oleh para lelaki dewasa untuk keperluan beribadah,” ungkap Gus Irfan.

Sarung Batik Lar Gurda ini mengangkat identitas kedaerahan Solo dengan memasukkan motif dan warna khas Solo. Sejak 2017, Gus Irfan memproduksi dan menjual sarung batik dari kediamannya di Jl. Dr. Wahidin No.34, Bumi, Kec. Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah.

“Alhamdulillah kita produksi dan menjual 5.000 pcs sarung batik tiap bulannya. Ini sarung batik masih menggunakan teknik tulis dan cap. Pengrajinnya di Grogol, Sukoharjo,” jelasnya.

Sarung batik Lar Gurda ini digunakan oleh beberapa orang ternama seperti Ganjar Pranowo, Gibran Rakabuming Raka, dan Yahya Cholil Staquf. Itu menjadi bukti kualitas sarung batik yang diberikan oleh Lar Gurda, menjadi pilihan orang-orang besar sebagai busana mereka.

“Fashion ini juga mulai dipakai santri-santri, jadi identitas santri bukan hanya islami, tapi juga menjaga budaya batik yang sudah ada,” pungkas Gus Irfan.